Eksplorasi Sosial

  • Posted: 2019-10-29
  • By: Patrick - IXE

Pada hari Selasa, 8 Oktober 2019, siswa – siswi SMP Santa Ursula BSD melaksanakan kegiatan Eksplorasi Sosial. Kami berkumpul di hall SMP – SMA pada pukul 05.30 bersama dengan kelompok kami masing – masing. Ada 3 SLB yang menjadi tempat belajar kami, yaitu SLBN 01 Lebak Bulus, Jakarta, SLB Tri Asih, dan SLB Pangudi Luhur. Tiap kelas dibagi 6 kelompok yang disebar ke 3 lokasi tadi. 

Saya dan kelompok mendapat tugas ke SLBN 01 Lebak Bulus. Setelah semua anggota  kelompok  telah hadir, kami langsung berjalan ke luar sekolah, kemudian memesan taksi online untuk berangkat ke lokasi yang akan kami tuju, yaitu SLB – A Pembina Tingkat Nasional, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Setelah menempuh perjalanan selama sekitar 45 menit, kami tiba di SLBN – A Pembina Tingkat Nasional. Kami langsung disambut hangat oleh kepala sekolah, , dan Pak Agus selaku guru di SLB – A Pembina Tingkat Nasional. Kami dikumpulkan di aula, kemudian membentuk barisan sesuai dengan kelompok masing – masing. Setelah mendengarkan kata sambutan, setiap kelompok dibagi menuju jenjang yang berbeda, dan kelompok saya dipilih untuk bereksplorasi di jenjang SMA. 

Seluruh siswa di SLB – A Pembina Tingkat Nasional adalah penyandang tunanetra. Mereka semua membaca dan menulis menggunakan huruf braille, yaitu sejenis pola yang dibuat untuk melambangkan setiap huruf abjad serta angka, dan dibaca dengan cara diraba. Saya sendiri juga baru pertama kali melihat secara langsung seperti apa bentuk huruf braille. Saya dan kelompok saya kemudian diajak ke lantai dua, ke tempat percetakan buku yang menggunakan huruf braille. Ternyata, SLB – A Pembina Tingkat Nasional ini juga merupakan pusat pembuatan soal – soal ujian untuk penyandang tunanetra di DKI Jakarta. Soal – soal tersebut dicetak di kertas khusus, bernama kertas braillon yang cukup tebal, sehingga tidak mudah rusak saat huruf – huruf braille diraba. 

Setelah melihat tempat percetakan, kami berjalan menuju ruang keterampilan. Selama berjalan, kami melihat jalur kuning di sepanjang koridor yang bernama guiding block, yang berfungsi untuk membantu para penyandang tunanetra dalam berjalan. Sesampainya di ruang keterampilan, kami disuguhkan beberapa hasil karya dari para siswa – siswi di SLB, seperti tasbih, gelang, kotak tisu, dompet, dan masih banyak lagi. Kami tidak menyangka, bahwa penyandang tunanetra pun dapat menghasilkan karya – karya yang tak kalah bagus dengan yang kami buat. 

Dari situ saya belajar bahwa saya tidak boleh menyerah karena ang saya miliki, tetapi terus berusaha untuk menghasilkan karya – karya yang dapat bermanfaat bagi orang lain, seperti yang dilakukan oleh siswa – siswi di sana. Kami pun membeli sedikit dari hasil karya mereka, lalu bergerak ke tempat selanjutnya.

Selanjutnya, kami melihat sekelompok penyandang tunanetra sedang bermain tenis meja khusus tunanetra. Saya pun ikut mencoba permainan itu sambil menutup mata saya. Ternyata permainan itu cukup sulit bagi saya, tetapi tampak begitu mudah bagi siswa tersebut, karena memang sudah terbiasa. Setelah puas bermain, kami bergerak menuju ruang pijat. Ruangan tersebut berfungsi untuk mengasah bakat siswa yang tertarik dalam memijat. Pengajar pijat di sekolah itu juga merupakan penyandang tunanetra, yang dahulu pernah bersekolah di sana. Salah satu teman saya pun mencoba pijatan seorang siswa di sana. Saya kagum melihatnya, karena dengan keterbatasannya, ia masih mau melayani orang lain.

Kami bergerak lagi menuju ruangan selanjutnya, yaitu ruang komputer. Komputer di sana merupakan komputer khusus, yang dapat mengeluarkan bunyi sesuai dengan huruf yang diketik. Kemudian kami berpindah lagi menuju ruang musik. Di ruang musik kami menyaksikan para siswa – siswi SLB bermain alat musik gamelan Jawa. Walaupun memiliki masalah dalam penglihatan, mereka tetap bisa memainkan alat musik tersebut dengan kompak, sehingga sangat enak untuk didengar. Pada pukul 09.40, para siswa – siswi SLB dan kami beristirahat sejenak untuk makan. Kami juga mencoba beberapa jenis minuman yang dijual di kantin SLB, seperti jus mangga, jeruk, dan lain – lain.

Pada pukul 10.00, kami kembali masuk ke ruang musik untuk menyaksikan band SLB bermain musik.  Saya pribadi sangat terkejut dan terkesima, karena mereka sangat piawai dalam memainkan alat – alat musik seperti gitar, keyboard, bass, dan drum. Rasanya mustahil bagi saya untuk dapat memainkan alat – alat musik tersebut tanpa melihat, tetapi mereka dapat melakukannya dan menghasilkan alunan musik yang merdu. Ada pula seorang siswi yang memiliki suara yang sangat indah, membuat kami terpukau dan tak pernah bosan mendengarnya selama sekitar satu jam. Saya dan beberapa teman saya pun ikut berpartisipasi dengan bergiliran bernyanyi sambil diiringi oleh band SLB. Saya sangat menikmati momen itu. Waktu terasa begitu cepat, dan akhirnya jam menunjukkan pukul 11.30, menandakan bahwa kami harus kembali ke BSD. Dengan berat hati, kami pun berpamitan dengan para gusu serta siswa – siswi di sana, dan bergegas untuk pulang. 

Kami semua pulang menggunakan kendaraan umum, sesuai dengan kesepakatan bersama. Kami berjalan sebentar menuju jalan raya, sambil menunggu angkot yang akan membawa kami menuju stasiun Lebak Bulus. Sesampainya di stasiun, sambil menunggu MRT kami ke minimarket sejenak untuk membeli makanan ringan serta minuman untuk perjalanan pulang. Pada pukul 13.00, kami bergegas naik ke MRT, yang membawa kami ke stasiun Bundaran HI. Perjalanan dengan MRT ini juga merupakan pengalaman baru bagi saya, yang baru kali ini mencoba MRT. Sesampainya di Bundaran HI, kami langsung berjalan menuju halte Trans Jakarta terdekat untuk melanjutkan perjalanan dari Bundaran HI ke Grogol. Dari Grogol, kami melanjutkan perjalanan menggunakan Trans Jakarta, dan sekitar pukul setengah 4 sore, akhirnya kami tiba di BSD.

Saya pribadi belajar banyak dari kegiatan Eksplorasi Sosial ini. Saya belajar untuk bersyukur, karena sudah diberi anggota tubuh yang lengkap dan berfungsi dengan baik, sehingga saya dapat menjalani hidup dengan nyaman. Saya juga belajar untuk memiliki daya juang yang tinggi, dan pantang menyerah dalam menghadapi masalah, seperti para murid SLB yang dengan segala keterbatasan mereka, mereka masih mau berjuang untuk belajar, untuk menghasilkan karya – karya, entah itu di bidang musik, keterampilan, ataupun bidang lainnya. Saya yang memiliki anggota tubuh lengkap, sepatutnya lebih berjuang untuk menimba ilmu, untuk menghasilkan karya – karya yang bermanfaat bagi orang lain sehingga saya dapat menjadi manusia yang utuh, cerdas, dan melayani.

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: views/page_news_detail_unit.php

Line Number: 38

Backtrace:

File: /home/sant9977/public_html/application/views/page_news_detail_unit.php
Line: 38
Function: _error_handler

File: /home/sant9977/public_html/application/views/template.php
Line: 111
Function: view

File: /home/sant9977/public_html/application/controllers/News.php
Line: 167
Function: view

File: /home/sant9977/public_html/index.php
Line: 315
Function: require_once

Back