Pelatihan Fisik dan Mental di Dodiklatpur Rindam Jaya

  • Posted: 2018-10-06
  • By: Angela Gladys Devina - X MIPA.2/02

Pada hari Kamis, 13 September 2018 sampai Sabtu, 15 September 2018, saya dan teman-teman kelas X SMA Santa Ursula BSD mengikuti kegiatan pelatihan fisik dan mental di Depo Pendidikan Latihan dan Pertempuran (Dodiklatpur) Rindam Jaya, Gunung Bunder, Bogor. Kegiatan ini sendiri bertujuan untuk melatih fisik dan mental, meningkatkan kedisiplinan peserta didik kelas X, serta merupakan dasar dari kegiatan-kegiatan selanjutnya di sekolah.

            Latihan terdiri dari berbagai macam kegiatan, tak hanya kegiatan fisik, tetapi juga pelajaran teori. Setibanya kami di sana, kami mengikuti upacara pembukaan. Lalu, kami mengikuti sesi di aula terbuka yang dinamakan Graha Rimba. Di sini, kami diajarkan Cara Memberi Instruksi (CMI). Pada malam itu, kami mengikuti kegiatan caraka malam. Pada hari kedua, kami bermain beberapa permainan yang meningkatkan kerja sama dan jiwa korsa kami. Selanjutnya, kami mengikuti sesi pelajaran teori survival di Graha Rimba dan pada malamnya, ada kegiatan renungan malam. Di hari terakhir, kami melakukan kegiatan snapling atau menuruni tembok tinggi dengan tali serta menyeberangi jembatan satu tali dan dua tali. Di sela-sela kegiatan tersebut, ada juga kegiatan baris-berbaris dan menyerukan yel-yel.

            Kegiatan yang paling berkesan untuk saya adalah caraka malam karena merupakan pertama kalinya saya mengikuti hal seperti ini. Kegiatan dilakukan secara berkelompok. Kami seolah-olah menjadi pembawa pesan atau caraka di medan perang. Pesan yang kami bawa hanya boleh disampaikan kepada teman, sedangkan musuh tidak boleh mengetahui pesan tersebut. Setiap kelompok berjalan secara terpisah mengikuti tali rafia yang telah terpasang melintasi hutan tanpa penerangan apapun selain penerangan alami dari bulan dan bintang. Kami tidak boleh banyak bicara selama berjalan. Di tengah perjalanan, ada beberapa pos teman yang memberikan wawasan kebangsaan kepada kami. Selain itu, ada pula gangguan berupa “pocong” yang sebenarnya merupakan bantal guling yang dilapisi kain putih dan diikat bagian atas serta bawahnya. Kelompok-kelompok yang ada tidak boleh sampai terhasut untuk membongkar pesan di pos rayuan musuh. Kelompok yang kalah harus menerima konsekuensi.

            Ada banyak tantangan yang saya hadapi. Di sini, saya dan teman-teman dituntut untuk selalu mandiri dan disiplin. Kami diminta untuk bergerak cepat tanpa banyak bicara, termasuk saat makan. Kami juga belajar untuk memperkuat jiwa korsa kami dengan memikirkan kepentingan bersama, tidak hanya kepentingan pribadi. Selain itu, bila satu orang melakukan kesalahan, maka semua akan menerima konsekuensinya bersama-sama. Saya pribadi harus menahan lelah dan menahan emosi saya di saat saya lelah itu.

Dari kegiatan ini, saya sadar bahwa selama ini saya kurang banyak melakukan aktivitas yang mengharuskan saya bergerak. Biasanya, saya lebih sering menghabiskan waktu saya di depan meja belajar dan di depan ponsel saya. Olahraga hanya saya lakukan pada saat pelajaran olahraga saja. Saya juga sadar bahwa selama di rumah dan sekolah, saya masih sering bekerja lambat dan sering bicara. Maka, saya berkomitmen untuk lebih banyak melakukan olahraga dan bekerja cepat dalam segala hal dengan cara mengurangi bicara serta mengesampingkan hal-hal yang dirasa kurang penting dan mengganggu fokus saya.