Menurut WHO (2018), kalangan remaja dan dewasa muda paling rawan mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini karena pada usia ini, banyak perubahan dalam hidup, seperti mulai hidup terpisah orangtua, berpindah sekolah, atau lingkungan kerja baru yang berpotensi memicu stress atau tekanan mental.
Kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Artinya, mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat berfungsi secara produktif dan bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitas mereka. (WHO). Menurut Kementrian Kesehatan, kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. (https://promkes.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-mental).
Kesehatan mental merupakan suatu kontinum atau rentang (seperti garis), tidak dapat dilihat hitam putih. Kalau kita perhatikan kondisi emosi atau energi kita, kadang naik (senang, bahagia, ceria, antusias, bersemangat, dsb), kadang juga turun (sedih, kecewa, jenuh, putus asa, dsb). Tiap emosi memiliki kadarnya masing-masing, bisa juga saling tumpeng tindih dalam waktu yang bersamaan jadi tidak bisa dikategorikan ada atau tidak ada. Saat kondisi seseorang sedang “turun”, bukan berarti kondisi mental kita dapat langsung dinyatakan “sakit”. Coba lihat kembali seberapa jauh hal itu mengganggu aktivitas kita. Ketika sudah terasa amat mengganggu silahkan cari bantuan dari orang lain. Mengakui bahwa kita sedang merasa tidak baik-baik saja itu boleh, tidak apa-apa, dan tidak ada yang salah dengan itu.
Selamat menikmati hari-harimu. Salam sehat dan tetap semangat!