KESEHATAN MENTAL

  • Posted: 2020-11-24
  • By: Tim Psikolog Santa Ursula BSD

Menurut WHO (2018), kalangan remaja dan dewasa muda paling rawan mengalami gangguan kesehatan mental. Hal ini karena pada usia ini, banyak perubahan dalam hidup, seperti mulai hidup terpisah orangtua, berpindah sekolah, atau lingkungan kerja baru yang berpotensi memicu stress atau tekanan mental.

Kesehatan mental adalah keadaan sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri. Artinya, mereka dapat mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat berfungsi secara produktif dan bermanfaat, dan mampu memberikan kontribusi kepada komunitas mereka. (WHO). Menurut Kementrian Kesehatan, kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. (https://promkes.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-mental).

 

Kesehatan mental merupakan suatu kontinum atau rentang (seperti garis), tidak dapat dilihat hitam putih. Kalau kita perhatikan kondisi emosi atau energi kita, kadang naik (senang, bahagia, ceria, antusias, bersemangat, dsb), kadang juga turun (sedih, kecewa, jenuh, putus asa, dsb). Tiap emosi memiliki kadarnya masing-masing, bisa juga saling tumpeng tindih dalam waktu yang bersamaan jadi tidak bisa dikategorikan ada atau tidak ada. Saat kondisi seseorang sedang “turun”, bukan berarti kondisi mental kita dapat langsung dinyatakan “sakit”. Coba lihat kembali seberapa jauh hal itu mengganggu aktivitas kita. Ketika sudah terasa amat mengganggu silahkan cari bantuan dari orang lain. Mengakui bahwa kita sedang merasa tidak baik-baik saja itu boleh, tidak apa-apa, dan tidak ada yang salah dengan itu.

 

  • Beberapa cara yang dapat dipakai untuk meredakan emosi, yang dapat diperlakukan seperti P3KM “Pertolongan pertama pada kesehatan mental” adalah:
  • Melakukan relaksasi, atur nafas secara teratur, rasakan dan hayati perasaan yang muncul. Akui bahwa diri sedang butuh waktu dan jeda untuk menjadi lebih tenang.
  • Gunakan seluruh panca indera untuk kembali berada pada “saat ini”. Bukalah mata lebar-lebar, lihatlah satu benda atau detil kecil yang selama ini luput dari perhatian. Lakukan selama beberapa menit sambil merasakan apa yang muncul di hati. Setelah menggunakan mata, silahkan lanjut ke telinga, cobalah dengarkan satu suara yang selama ini luput dari perhatian. Lakukan selama beberapa menit sambil merasakan kembali apa yang muncul di hati. Teruskan tahapan ini dengan menggunakan pancaindera yang lain.
  • Hal yang terpenting adalah hindari melabel atau mendiagnosis diri sendiri. Terima dulu saja perasaanmu dan tetap jalani hari-hari dengan positif.
  • Jangan sungkan cari bantuan dari orang terdekat atau orang lain yang bisa di percaya.

Selamat menikmati hari-harimu. Salam sehat dan tetap semangat!