BULAN BAHASA yang diperingati setiap bulan Oktober, kali ini dirayakan oleh peserta didik kelas XI SMA Santa Ursula BSD dengan mengikuti seminar “Gelar Wicara Travel Blogger”. Menurut sumber ditsmp.kemdikbud.go.id dalam artikelnya berjudul “Serba Serbi Bulan Bahasa Indonesia”, bulan Oktober diperingati sebagai bulan bahasa karena berlangsungnya peristiwa Sumpah Pemuda pada bulan tersebut, di mana para pemuda mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan untuk yang pertama kali.
Seminar yang dilaksanakan pada hari Rabu, 27 September 2023 di Aula SMA Santa Ursula BSD ini menghadirkan bintang tamu spesial sebagai narasumber, yaitu Bapak Agustinus Wibowo. Agustinus Wibowo merupakan seorang penulis dan fotografer yang memiliki hobi jalan-jalan. Dengan uang seadanya dan kemampuan berbahasa yang pas-pasan, Agustinus Wibowo memulai perjalanannya menuju Asia Tengah melalui jalur darat segera setelah dia lulus kuliah dari Tiongkok.
Beberapa buku karya beliau yang sudah terbit dan ternama adalah Selimut Debu, Garis Batas, dan Titik Nol. Melalui Selimut Debu (2011), Agustinus Wibowo bercerita mengenai perjalanannya yang mendebarkan di Afghanistan, negara yang identik dengan peristiwa perang. Kisah perjalanan ini dilanjutkan oleh beliau dalam bukunya berjudul Garis Batas (2011) yang mengambil latar di negara-negara Asia Tengah, lebih spesifiknya negara-negara pecahan Uni Soviet, seperti Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, sampai Turkmenistan. Namun, euforia berkeliling dunia ini sempat terhenti karena berita memprihatinkan dari tanah air mengenai ibunya. Kisah haru antara Agustinus Wibowo dengan ibunya dituturkan oleh beliau dalam buku ketiganya, Titik Nol (2013).
Beliau membuka seminar dengan menyampaikan pentingnya mengabadikan pengalaman melalui tulisan. Dari paparan ini, peserta didik kelas XI SMA Santa Ursula BSD belajar bahwa tulisan memiliki peranan penting dalam melengkapi catatan sejarah. Hal ini dikarenakan jika kita hanya mengandalkan ingatan manusia saja tidak cukup, mengingat bahwa memori manusia seringkali tidak akurat setelah kurun waktu tertentu. Ditambah lagi dengan otak manusia yang dengan aktif berimajinasi sehingga dapat menambah atau mengurangi informasi dari suatu kegiatan yang telah terjadi. Dengan menulis, kita juga bisa melihat dunia dari perspektif lain, bersifat kritis, mengenali diri dengan berefleksi, serta berbagi pengalaman dan gagasan dengan para pembaca.
Menurut Agustinus Wibowo, berdasarkan pengalamannya berkeliling dunia, penting bagi seorang penulis untuk memiliki tujuan dan target atas apa yang akan ditulis kemudian. Karya tulis yang baik memerlukan riset yang mendalam, baik sebelum melakukan perjalanan, melalui interaksi dengan penduduk setempat, maupun observasi detail yang ada. Penulis tidak dapat mengandalkan teknologi saja karena penulis akan merasa terbatas untuk menuangkan seluruh informasi tersebut menjadi sebuah rangkaian kalimat, membuat kalimat-kalimat itu seperti tidak berarti. Cerita bisa menjadi hidup ketika penulis turut mengalami kejadian yang hendak ditulisnya, yakni ikut serta merasakan dengan seluruh indra yang dimilikinya.
Selain beberapa cara di atas, beliau juga memberikan beberapa rahasia menulis bagus. Pertama, penulis harus mengizinkan dirinya untuk menulis “jelek”. Dengan begitu, kita memberikan kebebasan kepada diri sendiri untuk menulis tanpa tekanan. Kedua, jangan pernah meremehkan kemampuan pembaca dalam menginterpretasikan bacaan. Berikanlah ruang bagi pembaca untuk berimajinasi sendiri mengenai adegannya. Tips ini juga seringkali diingat oleh para penulis untuk tidak info dump atau menjelaskan fakta-fakta yang tidak penting dalam cerita.
“Kalau menulis non-fiksi juga harus hati-hati. Harus memanusiakan manusia. Hati-hati kalau mendeskripsikan orang. Pikirkan ‘Apakah dia mau ditulis seperti ini?’” lanjut Agustinus Wibowo mengenai rahasianya menulis bagus. Terakhir, beliau juga menyarankan agar penulis memadukan tiga aspek penting berikut dalam kisahnya, yakni paragraf narasi (perenungan), paragraf paparan pengalaman, dan percakapan. Ketiga aspek ini harus dipadukan dengan seimbang agar makna kisah dapat tersampaikan dengan baik dan pembaca tidak cepat bosan.
Tunggu, apa lagi, Sanurians? Ayo, segera tulis kisahmu dan inspirasikan orang banyak!