Asik Bermedia Sosial Bersama Wartawan Kompas

  • Posted: 2023-12-06
  • By: Jolene Kezia Annabelle Sulung (XI-C/23) dan Elisabeth Jessica Barita Manik (XI-F/09)

Tahukah Sanurians bahwa jumlah koneksi sinyal ponsel di Indonesia sudah mencapai 353 juta perangkat per tahun 2023? Adapun berdasarkan data oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan 2023 adalah 276 juta. Artinya, ada kemungkinan bahwa satu penduduk Indonesia memiliki lebih dari satu perangkat digital.

Data ini disampaikan dalam diskusi “Asik Bermedia Sosial” pada tanggal 7 November 2023 di ruang kelas Santa Ursula BSD. Diskusi dibimbing oleh wartawan Kompas yang bergerak di bidang Departemen Media Sosial. Uniknya, pekerjaan sehari-hari wartawan Departemen Media Sosial adalah scrolling media sosial dan membuat konten. Salah satu serial Kompas di Tiktok yang terkenal adalah “Ada Apa Di Koran Hari Ini?” yang dirilis melalui akun @hariankompas. Lewat serial tersebut, Kompas menghadirkan berbagai trending topic dan pengetahuan baru kancah nasional maupun internasional.

Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa media sosial mempunyai dampak yang positif. Selain untuk mendapatkan informasi, media sosial juga kerap kali digunakan untuk berkomunikasi dan ruang aktualisasi diri. Sudah banyak netizen Indonesia, tidak terkecuali para anak muda bangsa, yang memanfaatkan media sosial untuk mengekspresikan opini, mengasah talenta, dan mencari inovasi-inovasi  baru. 

Namun, media sosial juga memiliki dampak negatif jika tidak disikapi dengan bijaksana oleh para pengguna. Pertama, riuhnya tsunami konten yang mayoritas tidak memiliki kepastian akurasi. Kedua, kecanduan media sosial dan kecenderungan untuk flexing atau pamer segala sesuatu hal di media sosial. Hal ini pun dapat menyebabkan terancamnya privasi dan data pribadi sehingga sering sekali terjadi penyalahgunaan informasi.

Berdasarkan data paparan oleh para wartawan Kompas di setiap kelas, penipuan online semakin meningkat. Media yang sering kali digunakan adalah melalui SMS atau telepon sebanyak 64,1%; media sosial sebanyak 12,3%; aplikasi percakapan sebanyak 9,1%; dan situs web 8,9%. Modus penipuan online pun semakin beragam dengan persentase paling banyak adalah penawaran hadiah sebesar 36,9%; link sebesar 33,8%; dan situs web palsu sebesar 27,4%.

Meskipun penggunaan media sosial bukan hal yang baru lagi, tetapi masalah tertipu oleh berita palsu atau hoax masih kerap terjadi. Kemampuan untuk mengetahui perbedaan berita bohong dan berita benar perlu kita kuasai betul. Namun, nyatanya kita cenderung menyebarkan berita tanpa memperhatikan beberapa aspek penting.

Hal pertama yang harus diperiksa ketika mulai membaca berita adalah judulnya. Judul berita hoax biasanya ditulis dengan cetak tebal, kapital, dan bertuliskan kata “waspada” atau “sebarkan”. Judul-judul ini biasa disebut clickbait dan bersifat mencurigakan karena judul sebuah berita sendiri seharusnya sudah meringkas berita tersebut. Hal kedua yang harus dilakukan pembaca ketika membaca berita yang janggal adalah dengan membaca tanggal publikasi. Bisa jadi berita tersebut adalah berita lama yang “dipanaskan kembali”. Ketiga, sangat penting bagi pembaca untuk mencari informasi dari sumber terpercaya karena mereka akan selalu menyajikan berita yang aktual dan faktual.

Keempat, berita harus dibaca secara menyeluruh. Banyak orang yang emosinya tersulut hanya dengan membaca judulnya saja. Padahal, judul pada berita hoax tidak memiliki suatu kejelasan sama sekali. Terakhir, dapat dilakukan konfirmasi dengan pihak terkait lewat media sosial pihak tersebut. Apabila tidak dimungkinkan, alternatif lain dapat dilakukan dengan mencari berita serupa dengan sumber lain. Jika terdapat beberapa sumber yang menyatakan hal sama, maka berita tersebut benar adanya.

Selain mengetahui perbedaan berita yang bohong dan yang benar, pengguna media sosial juga perlu mengetahui etika bermedia sosial yang benar. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar terhindar dari berbagai masalah, seperti kasus-kasus terjerat UU ITE. Pertama-tama, kita tahu bahwa dalam media sosial semua orang dapat mengutarakan pemikiran dan pandangan pribadi. Maka dari itu, pengguna media sosial yang rutin mengunggah sesuatu, disarankan untuk tidak baper dengan komentar yang diberikan oleh orang lain. Walaupun rutin mengunggah, sebaiknya seorang pengguna tidak mengunggah konten pribadi ataupun aktivitas kesehariannya.  Hal ini akan membentuk suatu pola yang dapat dihafalkan oleh seseorang yang biasanya kita sebut sebagai hacker.

Selain berhati-hati menghadapi hacker, pengguna media sosial juga perlu berhati-hati mengenai jejak digital, yaitu rekaman data seseorang ketika sedang menjelajahi dunia maya. Artinya, segala sesuatu yang kita unggah di media sosial akan terus tersimpan dalam sistem dan dapat digali kembali sewaktu-waktu. Maka dari itu, para wartawan Kompas juga menyarankan untuk menghindari penyebaran SARA, kekerasan, dan/atau aksi pornografi. Akan lebih baik jika dalam beropini di media sosial juga menggunakan etika bermedia yang baik, yakni yang sopan dan tidak blak-blakan.

Seorang pengguna media sosial juga harus memiliki semangat READI! yang terdiri atas Responsibility atau bertanggung jawab atas semua unggahan, Empathy dengan memikirkan dampak unggahan terhadap orang lain, Authenticity yakni mengenai orisinalitas hasil unggahan dengan tidak melakukan plagiarisme, Discernment, dan Integrity dengan menyebarkan konten positif di media sosial. 

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: HTTP_REFERER

Filename: views/page_news_detail.php

Line Number: 38

Backtrace:

File: /home/sant9977/public_html/application/views/page_news_detail.php
Line: 38
Function: _error_handler

File: /home/sant9977/public_html/application/views/template.php
Line: 107
Function: view

File: /home/sant9977/public_html/application/controllers/News.php
Line: 90
Function: view

File: /home/sant9977/public_html/index.php
Line: 315
Function: require_once

Back