Ulangan dan tugas terbukti tidak menyusutkan antusiasme peserta didik kelas XI untuk menonton drama. Walau hanya memiliki waktu persiapan selama dua bulan, sebanyak sepuluh judul drama siap tampil pada Rabu dan Kamis, 16 dan 17 Mei 2024 di Gedung Serbaguna Santa Ursula BSD. Berbagai genre teater yang dieksplor secara matang, seperti genre pertemanan (BEBAS), romansa (Aladdin), keluarga (Sedap-Sedap Ngeri dan Ada Tapi Kosong), komedi (Laundry Show dan Cek Toko Sebelah), politik (DPR Musikal), sosiologi (Perempuan & Semesta), pendidikan (Stip & Pensil), serta horor (Gak Lagi-Lagi). Kebanyakan drama pun merupakan adaptasi dari karya sastra Indonesia.
Semua drama ini merupakan hasil dari kerja sama sembilan unsur pementasan drama, yakni pimpinan produksi, sutradara, pemeran, penata panggung, bendahara dan sekretaris, penata artistik (properti), videografer dan fotografer, desainer poster, serta ilustrator musik. Mereka semua mengerahkan yang terbaik untuk menghasilkan performa yang maksimal.
“Aku bangga banget, sih, kelompok aku bisa perform sebagus itu. Se-menghayati itu, walau pas latihan kadang suka bercanda, mereka keren-keren semua. Ditambah lagi drama kita yang komedi, membuat latihan-latihan kita dipenuhi canda dan tawa,” jawab Icha dari kelas XI-F selaku pimpinan produksi drama Gak Lagi-Lagi.
Walaupun begitu, proses yang dilalui oleh sepuluh kelompok tersebut tidaklah mudah.
“Enjoy banget, tapi jujur stres karena cuman sekitar beberapa bulan doang proses latihan dan persiapannya ... mana bentrokan sama tugas-tugas lain, kan, ya,” respon Icha.
Hal yang serupa juga dialami oleh Cynthia dari kelas XI-C sebagai bagian dari tim produksi Cek Toko Sebelah, “Proses menuju hari-H penampilan drama sangatlah sulit karena project drama ini dilakukan ketika kami sedang ada drama lain, dan waktunya juga terasa singkat. Sulit bagi kami semua untuk mengatur jadwal. Proses yang paling susah ada di bagian acting dan properti. Untuk bisa memerankan karakter dalam drama dibutuhkan proses yang agak rumit, mulai dari menghafalkan naskah, latihan penjiwaan karakter, dan lain sebagainya. Selain itu, untuk membuat properti dalam drama ini juga sangat sulit karena dibutuhkan banyak properti besar yang bisa terlihat oleh banyak penonton.”
Untungnya, semua tantangan ini dapat dilalui dengan baik. Banyak peserta didik yang mengungkapkan kekagumannya dan rasa bangganya terhadap drama teman-temannya di penghujung acara. Tidak terkecuali guru-guru dari mata pelajaran lain, seperti Pak Suryo dan Ibu Ratih. Bahkan, tim guru Bahasa Indonesia pun tidak bisa menyembunyikan ketakjubannya.
“Saat proses gladi dan latihan di kelas beda banget hasilnya .... Jadi, guru benar-benar tidak expect bisa sebagus ini. Keren! Bagaimana semua kelompok berhasil mengemas drama sesuai dengan yang telah direncanakan,” ungkap Pak Marcel dari bangku juri drama.
Pelajaran moral yang ingin diajarkan oleh tim guru Bahasa Indonesia pun juga tepat sasaran. Berbagai nilai hidup bisa digali, seperti kerja sama, komunikasi, manajemen waktu, solidaritas, pantang menyerah, kreativitas, cara mengorganisasikan pertunjukkan dalam skala yang besar, dan moto ‘The Show Must Go On!’ yang melekat parah semasa pertunjukkan.
“Kita enggak boleh blackout lama-lama, jadi mau enggak mau—untuk ke adegan selanjutnya—masih ada bekas lipstik berdarah gitu di muka. Kita juga harus mengakali status kita sebagai pelajar dengan modal terbatas, tapi tetap bisa bikin performance yang keren,” lanjut Icha mengenang persiapan drama horornya.
Berbeda dengan Icha, kelompok drama Cynthia banyak belajar mengenai cara mengatur emosi. “Untuk mempersiapkan proyek ini pastinya melelahkan. Namun, dengan kita bawa santai dan tidak mudah tersulut emosi, maka setiap masalah akan segera ditemukan solusinya. Setiap orang pasti bisa melakukan kesalahan; sebagai anggota kelompok yang baik, kita harus tetap mendukungnya dan meyakinkan diri mereka untuk tetap tenang.”
Bijak banget, sih, ini .... Memang tidak sia-sia serasa pontang-panting di proyek drama kali ini.
Sayangnya, semua proses pasti akan bertemu akhir. Pementasan drama Bahasa Indonesia diakhiri dengan evaluasi dari seluruh peserta didik. Sstt ... rumornya, proyek pementasan drama kemungkinan akan dilakukan lagi di tahun depan, lho!
“Kalau evaluasi dari peserta didik bagus, dan dapat dukungan dari sekolah—bisa jadi drama diadakan lagi dalam skala besar seperti ini,” jawab Ibu Bella, guru Bahasa Indonesia SMA Santa Ursula BSD.
Bagaimana, Sanurians? Kalian jadi semakin penasaran dengan drama-dramanya, ya? Daripada penasaran, gimana kalau kalian aja yang buat? Biar semakin terasa dan lengkap pengalamannya. Hehehe … ditunggu, ya!