Ekaristi adalah sumber kehidupan bagi umat Katolik di seluruh dunia. Sejak awal, kepercayaan dan tradisi agama Katolik selalu terikat dengan sakramen ekaristi yang setidaknya dirayakan seminggu sekali. Ekaristi sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni “eucharistia” yang bermakna puji syukur. Kata “eucharistia” memberikan penegasan pada makna ekaristi, yaitu sebagai pengungkapan rasa syukur kepada Allah, atas karya penyelamatannya bagi dunia melalui Yesus Kristus.
Selain itu, ekaristi juga merupakan sebutan bagi roti dan anggur yang telah dikonsekrasikan menjadi tubuh dan darah Yesus Kristus. Hal ini dilandasi oleh perkataan Yesus sendiri pada malam perjamuan terakhir, yang dinyatakan dalam Lukas 22:19-20, “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: ‘Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.’ Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: 'Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.” Inilah yang diimani oleh umat Katolik, bahwa sakramen ekaristi adalah roti dan anggur yang telah sungguh berubah menjadi tubuh dan darah Kristus.
Sakramen ekaristi sendiri bertujuan untuk mempersatukan kita dengan Kristus. Melalui ekaristi, kita dapat bersentuhan langsung dengan Kristus, tentu dengan iman dan penghayatan terhadap ekaristi tersebut. Sakramen ekaristi juga bertujuan untuk mengubah umat-Nya menjadi bait Allah yang hidup dalam persatuan dengan Kristus. Dengan menyantap tubuh dan meminum darah Kristus, kita menyembah Tuhan dan membiarkan diri-Nya masuk dan bekerja dalam diri kita. Maka dari itu, umat Katolik sangatlah menghargai dan memaknai sakramen ekaristi sebagai sumber kehidupan mereka.
Ekaristi adalah sebuah perayaan, sehingga perlu banyak perencanaan dan persiapan. Biasanya, pelayanan dalam perayaan ekaristi dilakukan oleh orang dewasa, tetapi kesempatan bagi orang muda untuk terlibat dalam pelayanan gereja tetap terbuka lebar. Dalam hal ini, sekolah Santa Ursula BSD telah merencanakan perayaan ekaristi yang akan diikuti seluruh unit sekolah. Adapun, pelayanan untuk misa ini akan melibatkan peserta didik SD, SMP, dan SMA.
Misa ini direncanakan untuk dilaksanakan di Auditorium Sekolah Santa Ursula BSD pada tanggal 14 November 2024. Tema yang diangkat dalam perayaan ini adalah “Menerima dan Menghargai Perbedaan”. Peserta didik SMA bertugas dalam paduan suara, pembacaan mazmur tanggapan, dan petugas tata laksana. Peserta didik SMP bertugas sebagai putra altar, putri sakristi, dan pembawa persembahan. Peserta didik SD bertugas sebagai pembaca doa umat. Tidak hanya itu, empat orang guru pun terlibat untuk menjadi prodiakon selama misa berlangsung.
Misa ini dipimpin oleh Romo Joseph Biondi Mattovano. Dengan misa ini, beliau menargetkan untuk mengingatkan kita tentang betapa pentingnya menghargai dan menghormati satu sama lain. Dengan bacaan Injil dan homili, Romo Joseph mengingatkan kita semua bahwa setiap manusia itu unik dan berbeda, sehingga kita harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Tidak hanya itu, Romo Joseph pun mengajarkan bahwa Kerajaan Allah selalu ada dalam diri kita, tetapi dapat dipungkiri oleh perbuatan salah dan dosa. Maka dari itu, ia mengimbau para umat untuk menerima sakramen tobat sebelum merayakan Natal.
Misa yang telah direncanakan pun berlangsung lancar dan baik. Akan tetapi, proses persiapan misa ini telah melalui berbagai kendala dan hambatan, khususnya dari sudut pandang peserta didik SMA yang bertugas dalam paduan suara. Pengumuman pertama tentang akan diadakannya misa pada 14 November 2024 kepada peserta didik kelas XI-B disampaikan hanya dua minggu sebelum pelaksanaannya. Adanya miskomunikasi antara para penanggung jawab dengan guru juga petugas menyebabkan ketersediaan waktu semakin singkat. Oleh karena itu, terjadi beberapa permasalahan yang perlu diatasi, sehingga semakin memperlambat proses persiapan dan pelatihan untuk misa.
Adapun, fakta bahwa tidak semua peserta didik SMA yang bertugas dalam paduan suara memiliki kemampuan musik dan menyanyi yang merata, menyebabkan proses latihan mengalami hambatan. Akhirnya untuk membantu mengatasi masalah ini, koordinator paduan suara membuat beberapa keputusan, seperti mengajak peserta didik dari kelas lain yang memiliki kemampuan bermusik, hingga memperketat jadwal latihan, yakni hari Selasa sampai Jumat (5-9 November 2024) serta Senin sampai Rabu (11-13 November 2024).
Meski demikian, tetap ada hambatan selama proses latihan, yaitu banyaknya peserta didik yang tidak disiplin dalam mengikuti jadwal latihan yang telah ditentukan, seperti terlambat datang, sering bermain gawai, menghilang tanpa kabar, dan sebagainya. Akhirnya, beberapa murid bahkan tidak bergabung kembali dalam kelompok paduan suara misa sebab dianggap tidak serius dan tidak berkomitmen pada pelayanan. Menurut satu koordinator paduan suara, Josephina Zelda Gwenogia Wibowo, banyaknya lagu yang diperuntukkan untuk misa, serta tidak familier bagi petugas, menjadi salah satu kendala yang dihadapi dalam proses latihan paduan suara.
“Untuk peristiwa ada teman yang bolos latihan itu, sudah diproses oleh para guru dan pada akhirnya dibebastugaskan dari koor karena dianggap tidak serius dan tulus dalam pelayanan. Selain itu, ada kesulitan lain, seperti lagu-lagu misa yang cukup banyak dan harus dilatih dengan baik dalam waktu siang. Lalu, hal itu juga berarti bahwa saya harus memasukkan lagu-lagu ke dalam map yang berjumlah kurang lebih 60 orang. Adapun, kendala yang dialami bersama selama proses latihan adalah ada cukup banyak lagu yang harus kami pelajari dan terdapat beberapa lagu yang belum pernah kami dengar sebelumnya, sehingga memerlukan waktu untuk bisa menyanyikannya dengan baik. Contohnya adalah lagu My Tribute. Untuk mengatasi kendala itu, kami mendengarkannya terlebih dahulu di Youtube, seperti apa lagu My Tribute itu. Hal itu kami lakukan supaya telinga kami terbiasa mendengar lagu tersebut dan menjadi lebih mudah ketika menyanyikannya,” katanya.
Banyaknya umat pula petugas yang terdiferensiasi dari beberapa unit di Santa Ursula BSD membuat komunikasi dan koordinasi menjadi lebih rumit. Namun, terlepas dari segala hambatan dan kesulitan yang ada, misa tersebut dapat berjalan lancar akibat dedikasi dari setiap petugas. Hal ini membuktikan bahwa tidak akan ada yang menghalangi setiap kesuksesan bila memang sudah tertanam niat yang kuat untuk melakukan sesuatu.
“Misa yang sangat luar biasa hebat–keren. Bagi saya, itu semua adalah hasil kerja keras kami bersama–dengan waktu yang sangat singkat,” ujar koordinator tersebut.
Adapun evaluasi yang menjadi paling utama adalah ketersediaan waktu. Menurut Gwen, waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan misa setidak-setidaknya sekitar 1 bulan, tidak kurang. Ini memungkinkan para petugas dapat lebih mengatur waktu dan tidak terburu-buru untuk memikirkan konsep ataupun lagu yang akan dibawakan nanti. Kurangnya waktu untuk latihan dalam misa kali ini membuat beberapa petugas tidak siap. Beberapa contohnya adalah pemain keroncong yang terpeleset jarinya saat bermain, hingga anggota koor yang masih duduk saat anamnesis dinyanyikan oleh romo. Pengaturan baris untuk komuni pun turut menjadi masalah, sebab barisan yang ada kurang teratur dan akhirnya terhambat.
“Untuk proses informasi waktu diadakannya misa, jika bisa tidak terlalu mepet, bisa jauh-jauh hari,” ungkap Gwen.
Ia berharap untuk perayaan-perayaan ekaristi yang akan datang, pemberitahuan kepada petugas dapat disampaikan jauh sebelum pelaksanaannya. Terutama ketika perayaan tersebut diselenggarakan dengan skala yang besar, seperti melibatkan seluruh unit pendidikan sekolah Santa Ursula BSD. Dikarenakan, selain mengurus misa, para petugas juga masih memiliki tanggung jawab lain sebagai peserta didik.
Meski dengan segala hambatan dan kendala, perayaan ekaristi yang telah disiapkan dapat berjalan lancar. Seperti yang telah disebutkan, hal ini tidak lepas dengan kerja keras dan dedikasi yang luar biasa dari para petugas yang bertahan hingga hari pelaksanaan. Hal tersebut pantas kita hargai dan apresiasi, sebab pelayanan selalu membutuhkan pengorbanan. Ke depannya, umat diharapkan dapat menjadi lebih bertanggung jawab dan menghargai setiap perbedaan yang ada, seperti yang tercermin pada tema misa kali ini. Tuhan memberkati. Amin.
Severity: Notice
Message: Undefined index: HTTP_REFERER
Filename: views/page_news_detail.php
Line Number: 38
Backtrace:
File: /home/sant9977/public_html/application/views/page_news_detail.php
Line: 38
Function: _error_handler
File: /home/sant9977/public_html/application/views/template.php
Line: 107
Function: view
File: /home/sant9977/public_html/application/controllers/News.php
Line: 90
Function: view
File: /home/sant9977/public_html/index.php
Line: 315
Function: require_once
Open House Santa Ursula BSD, Simfoni Kekeluargaan dan Mahakarya Siswa
Program Sekolah Bersih Narkoba SMP Santa Ursula BSD
Bersama Melayani dalam Perayaan Ekaristi
Menjadi Kader Khas Santa Ursula
Sampassador: Upaya Remaja Bergerak Melawan Sampah
Kunjungi, Coba, dan Rasakan: Open House Santa Ursula BSD 2024
KEGIATAN P5: “Peran Generasi Muda dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045: Berani Terlibat, Berani Bertanggung Jawab”
Nusantara Baru, Indonesia Maju
Perpustakaan SMP-SMA Santa Ursula BSD: Dunia dalam Satu Ruangan
Pewartaan Injil dari Vatikan ke Indonesia
Study Tour ke Jerman Bersama Hayden
MASA PENGENALAN LINGKUNGAN SEKOLAH PENGALAMAN SISWA-SISWI KELAS VII SMP SANTA URSULA BSD 2024-2025